Diberdayakan oleh Blogger.

adsense link 728px X 15px

Jumat

Bisnis Bimbingan Belajar Gaya ISO

Ponakan saya baru kelas III SLTA, tetapi sudah harus mengikuti berbagai bimbingan belajar untuk ujian masuk perguruan tinggi. Tahun lalu yang kelas III SLTP juga melakukan hal yang sama, mengikuti bimbingan belajar dan try out ke berbagai sekolah yang dianggap bermutu. Ketika saya bertanya apa sih yang diajarkan di bimbel. Jawabnya bahwa mereka diajar teknik menjawab soal yang kemungkinan keluar saat ujian.

Pasar bimbingan belajar yang paling laris mungkin cuma ada di Indonesia. Di negara lain bimbingan belajar hanya ada bagi mereka yang akan ikut kontes ratu kecantikan dunia. Mereka dilatih bagaimana cara menjawab pertanyaan juri sehingga bisa timbul image bahwa mereka cerdas dan patut menyandang gelar ratu kecantikan dunia. Tetapi di Indonesia semua prestasi bisa didapat dengan mudah lewat bimbingan belajar, mulai dari ujian sekolah, TOEFL, Test Potensi Akademik dan yang terlaris saat ini International Organization for Standardization (ISO) untuk manajemen.

Untuk anak sekolah, orang tua murid lebih marah kalau anaknya tidak sungguh-sungguh menyimak ajaran guru bimbel dibanding ajaran guru sekolah. Mereka lebih percaya ilmu yang diberikan guru bimbel! Tengoklah kelelahan anak-anak kita yang harus mengikuti berbagai jenis bimbel saat pulang sekolah. Mereka hampir tak sempat untuk mengulang pelajaran yang diberikan di sekolah karena sangat kelelahan ketika tiba di rumah. Kalau di masa lalu, guru memberikan les tambahan bagi murid yang tertinggal dalam pelajaran, tapi sekarang hampir 100% murid harus melewati tambahan waktu belajar di luar kelas. Orang tua merasa salah kalau tidak mengikutkan anak-anak mereka pada berbagai les-les tambahan untuk memperkuat mata pelajaran mereka. Apa arti semua ini? Sistem kurikulum sekolah tak lagi mampu memenuhi tuntutan kualitas yang diharapkan dari berbagai seleksi yang dilakukan pemerintah dan pejabat pendidikan tidak menyadari hal tersebut.

Melihat proyek bimbingan belajar bisa menjadi bisnis besar di Indonesia, daya kreatif para pelaku bisnis ini berkembang ke wilayah lain. Kita ketahui saat ini system globalisasi mengharuskan standarisasi kualitas di berbagai bidang. Perusahaan, lembaga atau institusi berlomba untuk mendapatkan pengakuan internasional dengan mengikuti berbagai kualifikasi yang ditawarkan institusi internasional. Kita membeli sertifikat berharga ratusan juta agar dianggap setara dengan kualitas negara-negara maju. Image diciptakan tentang sulitnya mendapatkan sertifikasi tersebut. Maka muncullah agen-agen bimbingan belajar agar bisa lulus. Kita bisa melihat bagaimana konsultan ISO masuk keluar menawarkan diri terutama pada institusi pemerintah. Mereka menjamin hanya dalam waktu 3-4 bulan, institusi pemerintah yang membayar mereka bisa mendapatkan sertifikat ISO yang akan mendongkrak status institusi ke kancah internasional. Mereka membuatkan semua dokumen administrasi yang dibutuhkan, melatih mereka melakukan prosedur bekerja sesuai dokumen tersebut, sehingga kalau tim pemberi sertifikat datang menilai, semua berjalan lancar. Yang ingin saya katakan adalah para konsultan bimbingan belajar itu mengajar aparat kita bersandiwara melakukan sesuatu seolah-olah itulah proses bekerja mereka, padahal hanya dilakukan untuk memenuhi syarat mendapat sertifikat dan bukan karena prose situ dibutuhkan.

Yang lebih konyol lagi, para konsultan bimbingan belajar menggunakan ISO untuk memberi kesan bahwa institusi yang mendapatkan sertifikat itu berkualitas. Padahal sertifikat ISO hanya menunjukkan bahwa suatu institusi telah melakukan prosedur secara konsisten, terus menerus untuk jangka waktu tertentu. Kualitas adalah soal lain! Maka kalau PJKA mendapat ISO untuk system penjualan tiket, jangan heran kalau setiap saat masih ada tabrakan kereka, karena konsultan ISO tak mau berjualan bimbingan belajar di wilayah sulit itu. Kitapun sebenarnya masih bisa menuntut penipuan yang dilakukan oleh pemberi sertifikat itu bila ternyata calo masih ditemui di system penjualan karcis PJKA. Artinya prosedur system penjualan tiket yang benar tidak sungguh-sungguh terjadi di PJKA. Mereka memasang iklan besar agar masyarakat tahu PJKA mendapat ISO tetapi tidak jujur mengatakan ISO penjualan tiket. Idealnya ISO yang dikejar adalah yang berkaitan dengan bisnis utama institusi tersebut agar masyarakat tak terkecoh dengan iklan kualitasnya yang menggunakan jurus menipu lawan dan kawan. PJKA misalnya ketepatan jadwal berangkat dan kedatangan serta jaminan keselamatan.

Menyedihkan, selain institusi bidang layanan publik dan pemerintahan, bimbingan belajar ISO juga merambah institusi pendidikan. Kita bisa melihat berbagai institusi ini mau mengeluarkan uang ratusan juta rupiah hanya untuk memamerkan selembar kertas sertifikat yang tak punya makna apa-apa dengan perbaikan kualitas pendidikan. Bagaimana mungkin suatu system yang sakit menahun disulap dalam 3-4 bulan sehingga nampak baik dan berhak mendapatkan sertifikat. Mengerikan bagaimana pelaku-pelaku dunia pendidikan bisa terjebak di arena bimbingan belajar gaya baru semacam ini? Mereka dilatih bersandiwara oleh anak-anak muda di bawah usia 30 tahun. Dilatih cara menyusun dokumen, memasukkannya ke arsip, menyimpannya dengan baik pada tempatnya agar bisa dinilai baik dan lulus saat tim penilai datang. Sandiwara menggelikan bagi dunia pendidikan. Setelah sertifikat didapatkan, semua berjalan lagi seperti hari-hari kemarin, dokumen yang berantakan, prosedur yang kacau balau hingga tiba saatnya tim penilai datang dan kemudian sandiwara dimulai lagi. Maka muncullah iklan besar telah mendapatkan ISO, tetapi entah di bidang apa. Siapa tahu ISO di bidang layanan penerima tamu? Harapan masyarakat tentu saja institusi pendidikan akan mendapatkan ISO kualitas pembelajaran. Kalau image kualitas pendidikan bisa didapat dengan harga ratusan juta saja, betapa mudahnya mengurus pendidikan.-

Comments :

0 mohon bimbingan to “Bisnis Bimbingan Belajar Gaya ISO”


Posting Komentar

mohon bimbingan